CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 17 Juni 2011

Agama Islam di Korea Selatan



Perang Korea (Juni 1950-Juli 1953) merupakan sejarah tersendiri bagi proses kebangkitan Islam di Korea Selatan. Negeri yang hancur lebur oleh perang menyeret masyarakat Korea pada keputusasaan. Lalu, Islam menjadi oase yang memberikan harapan dalam keikhlasan berserah kepada Tuhan, seperti lilin kecil di tengah gulita pekat.

Agaknya, tepat jika dekake ini disebut sebagai momentum “kebangkitan kembali”. Sebab, sebelumnya Islam telah menjejakkan kaki di negeri Ginseng, jauh sebelum peristiwa Perang Korea.

Menelisik sejarah, Islam masuk ke Korea pada abad ke-7 lewat kafilah dagang yang menuju ke Cina dan menjalin hubungan dengan Kerajaan Shilla, salah satu dari tiga negara besar Korea masa lalu. Dalam skala kecil, hubungan terus terjalin dan sebagian pedagang muslim tersebut tertarik untuk menetap di sana.

Bahkan, pada periode Koryo (918-1392), terdapat komunitas muslim dalam jumlah cukup besar di Kaesong, ibu kota negara masa itu. Begitu juga dengan daerah Itaewon yang terus berkembang menjadi kota besar hingga sekarang.

Akan tapi, perkembangan Islam di Korea sempat terhambat saat berkuasanya Dinasti Yi (1392) yang merebut kekuasaan dari Koryo. Dinasti Yi bersikap lebih protektif terhadap pendatang dan apa pun unsur asing, sehingga pelan-pelan pertumbuhan agama Islam pun terhenti.

Berkah Peperangan

Perang Korea membawa berkah yang luar biasa. Dalam Perang Korea, Turki mengirimkan sekitar 15.000 tentara untuk bergabung dalam pasukan multinasional yang dikomandoi PBB. Tentara Turki yang beragama Islam itu pun menjadi avant garde perkembangan Islam di Korea.

Selain membantu perang pada pihak Korea Selatan, personel pasukan Turki tersebut terlibat aktif dalam kegiatan kemanusiaan, membantu korban perang, membantu mengurus sekolah-sekolah, dan sekaligus mengajarkan Islam kepada masyarakat. Maka, mulailah satu per satu rakyat Korea menyambut dakwah tersebut.

Dalam tempo cepat, populasi muslim bertambah, menyusul dibentuknya Persatuan Orang Islam Korea yang berdiri pada 1955. Saat itu, masjid pertama di Korea Selatan mulai dibangun. Itulah Masjid Central Seoul yang berdiri di distrik Itaewon.





Selanjutnya, masjid memegang peranan sangat penting dalam proses dakwah. Selain menjadi tempat ibadah, tempat bertemu, dan silaturahim, masjid juga menjadi pusat informasi bagi masyarakat Korea yang ingin mempelajari Islam. Masjid tersebut menyediakan bahan bacaan dan rekaman ceramah yang diberikan gratis kepada siapa saja yang berminat.

Saat ini, telah banyak masjid berdiri di kota-kota besar Korea, seperti di Gwangju, Busan, dan Daegu. Masjid-masjid tersebut menggaungkan azan bersahut-sahutan memanggil umatnya untuk beribadah.

Populasi Muslim

Data terbaru menyebutkan bahwa jumlah populasi muslim di Korea Selatan mencapai 145.000-160.000 orang. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 50.000 di antaranya adalah penduduk asli Korea. Sedangkan, sisanya merupakan pendatang dari Indonesia, Malaysia, Pakistan, dan negara-negara Timur Tengah.

Jumlah tersebut mungkin terbilang kecil, berkisar 0,4% jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Korea Selatan yang mencapai 47 juta berdasarkan sensus 2005. Namun, untuk rentang dakwah yang baru dimulai pada 50-an, jumlah ini sungguh fantastis.

Mayoritas penduduk Korea Selatan menganut agama Budha. Populasinya mencapai 40% dari total penduduk. Ajaran Budha di Korea berbeda dengan agama Budha yang banyak dikenal di Indonesia. Budha di Indonesia adalah Budha Hinayana yang mengajarkan jalan untuk membebaskan diri dari nafsu duniawi, sedangkan Budha di Korea bersifat Budha Mahayana untuk menyelamatkan masyarakat awam. Budha berkembang sejak masa Kerajaan Shilla dan semakin populer pada masa penyatuan Shilla dan Koryo.  


Kristen Protestan menempati papan kedua setelah Budha, sekitar 30%. Agama ini disebarkan oleh para penginjil asal Amerika Serikat. Kemudian disusul agama Katolik di papan ketiga, sekitar 20%. Di luar itu, ada kelompok-kelompok kecil dari penganut Konghucu, Aliran Won, Jeungsan, Daegong, dan lain-lain yang tidak mencapai 1%, termasuk Islam.

Dakwah Lewat Pendidikan

Jika di masa 1950-an, dakwah Islam lebih banyak melalui sektor sosial, dewasa ini dakwah mulai menggunakan jalur pendidikan. Hal ini ditempuh mengingat kebutuhan komunitas muslim sendiri semakin mendesak terhadap ketersediaan lembaga pendidikan yang berbasis Islam.

Sekolah Islam pertama di Korea Selatan dibangun dengan dana hibah pemerintah Arab Saudi. Sekolah ini tidak membatasi siswa dari kalangan muslim saja, tapi juga menerima siswa kalangan nonmuslim. Kurikulum yang diterapkan tentu saja merujuk pada kurikulum pendidikan Korea, tapi diberikan tambahan berupa materi pendidikan agama Islam dan Bahasa Arab.

Selain itu, telah dibangun pula Pusat Kebudayaan Islam di Seoul, pada 2008 lalu. Lembaga ini diharapkan mampu memberi informasi penyeimbang bagi kalangan non-Islam. Sebab, pasca tragedi WTC pada September 2001, banyak propaganda yang mendiskreditkan Islam sebagai teroris dan memberi dampak tekanan yang sangat besar bagi minoritas muslim di Korea Selatan. 



credit: http://indahafkhai.blogspot.com/2011/01/agama-islam-di-korea-selatan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar